Reviews

Tactical Tailor: Removable Operator Pack

Akhir bulan puasa kemarin, akhirnya salah satu barang yang masuk dalam wish list akhirnya terwujud menjadi kenyataan. Barang tersebut adalah sebuah backpack buatan Tactical Tailor, seri Removable Operator Pack.

Tactical Tailor Removable Operator Pack in action

Untuk sekedar diketahui, Tactical Tailor adalah perusahaan pembuat apparel dan perlengkapan militer yang digawangi oleh almarhum Logan D. Coffey yang berawal dari ketidakpuasan-nya terhadap perlengkapan militer yang diberikan oleh pemerintah.

Logan membawa dua mesin jahit besar ke dalam baraknya untuk memodifikasi perlengkapan militer jatah negara agar sesuai dengan kebutuhannya di lapangan.

Saya mendapatkan tas ini dengan harga 1 jutaan, harga yang cukup masuk akal mengingat harga aslinya adalah USD 115.

Pertama saya mendapatkan informasi bahwa warna backpack yang tersedia adalah OD (Olive Drab) namun ternyata warna yang saya terima adalah Ranger Green, malah kebeneran 😀

Tactical Tailor Logo

Saya membeli backpack ini karena keinginan untuk memiliki tas yang kuat dan awet seperti umumnya tas-tas militer namun dengan desain yang tidak terlalu military look dan ukurannya cukup pas dengan postur tubuh saya yang tidak terlalu tinggi.

Dinamakan Removable Operator Pack karena tas ini bisa ditempel ke tas lain yang lebih besar  atau dilepas dan dipakai sebagai 1 tas yang berdiri sendiri.

Saat saya bawa untuk mudik kemarin, ada hal menarik yang saya temukan dari tas ini. Ketika tas terlihat penuh, saya masih bisa memasukkan beberapa barang lain yang ketinggalan dengan mudah. Dugaan saya, hal ini karena tas dibuat dengan bahan cordura 1000D yang tebal namun tidak terlalu kaku.

Backpack ini menggunakan ritsleting (zipper) YKK ukuran besar dan ditambah balutan paracord untuk mempermudah saat membuka atau menutup ritsleting.

rop-02-ykk-zipper

Ke depannya saya akan memotong ritsleting (bagian dengan tulisan YKK) agar tidak menimbulkan suara gemricik saat berjalan sambil menggendong backpack tersebut (meskipun suaranya juga tidak kencang).

Dengan kapasitas 19-20 liter, tas ini terdiri dari 3 kompartemen. Yaitu kompartemen utama (di dalamnya ada dua kantong kecil di sisi kanan dan kiri), kompartemen kecil di punggung tas (biasa disebut saku), dan sebuah kompartemen lagi di bagian yang menempel ke punggung kita yang digunakan untuk menaruh bladder atau kantong air dengan kapasitas 2-3 liter.

rop-08-bladder-pack

Kompartemen ini juga berfungsi untuk menyimpan shoulder straps saat backpack ditempel ke tas lain yang lebih besar.

Di kompartemen utama, saya bisa memasukkan laptop 14 inch saya dengan pas. Selain laptop, saya juga membawa charger laptop, satu baju ganti, pompa sepeda, multitool untuk sepeda, pisau lipat, senter, perlengkapan P3K, dompet, kabel data, dan kadang bekal sarapan.

Semuanya bisa masuk tanpa tas terlihat gendut dan tas juga tidak terasa terlalu berat meski harus naik sepeda dengan jarak 10 KM (berangkat dan pulang) setiap harinya.

Salah satu bagian yang saya agak ragu dengan kualitasnya adalah sambungan dari plastik ini. Meskipun terlihat kuat, kadang ada rasa khawatir kalau patah karena terinjak atau karena hal lainnya.

rop shoulder straps

Jika hal ini terjadi, sepertinya akan dengan mudah diperbaiki menggunakan carabinner yang berbentuk O.

Backpack ini dilengkapi dengan sabuk pinggang dan sabuk dada untuk menjaga agar tas tetap menempel di badan saat harus beraktivitas. Untuk pemakaian sehari-hari, saya hanya menggunakan sabuk dada (chest strap) saja.

rop-07-shoulder-harness

Sedangkan sabuk pinggang saya lipat (anyam) di MOLLE webbing yang terdapat di samping kanan dan kiri agar ringkas dan tidak menjuntai ke bawah.

rop-05-webbing

MOLLE webbing (terdapat di samping kanan dan kiri, serta di punggung tas)  ini juga bermanfaat untuk menempelkan benda-benda lain seperti kantong HP, tas kecil, atau apapun yang mengadaptasi teknologi (protokol?) MOLLE.

Salah satu hal yang saya perhatikan saat menerima tas ini adalah kenapa bagian dalam tas ini berwarna oranye terang. Ternyata hal tersebut bertujuan agar kita dapat dengan mudah melihat barang-barang yang ada di dalam tas.

rop-09-bright-inner-sheet

Bayangkan jika warnanya hitam gelap, tentu saja akan repot saat mencari barang di dalam backpack dengan penerangan yang kurang.

Sebagai orang yang tinggal di daerah perkotaan (urban), salah satu hal yang menjadi perhatian saat membawa tas ke tempat umum adalah copet. Untuk itu saya menggunakan sebuah carabinner plastik untuk mengamankan ritsleting kompartemen utama dan dicantolkan ke MOLLE webbing yang ada di samping.

rop-10-anti-pickpocket

Sedangkan untuk saku tas masih agak riskan, karena itu sebaiknya jangan menyimpan barang berharga di tempat tersebut.

rop-11-rawan-copet

Untuk masalah saku tersebut sebenarnya masih bisa diakali, tapi saya lebih memilih membiarkannya seperti itu agar backpack terlihat tetap simpel.

Yang terakhir, di bagian atas tas terdapat velcro loops tempat kita bisa menempelkan morale patch atau insignia.

rop-12-morale-patch

Kemudian di bawahnya terdapat tali elastis yang cukup kuat, kadang saya mengikat jaket di situ dan tetap aman menempel di tas meskipun saya keluar masuk bus.

Tadi malam saya menemukan satu manfaat dari karet elastis yang ada di shoulder straps yang biasa digunakan untuk menahan selang bladder (kantong air), yaitu untuk menaruh senter saat saya bersepeda.

rop-senter

Senter di pundak tersebut bukan untuk penerangan di sepeda, tetapi lebih sebagai senter cadangan. Untuk di sepeda sudah saya pasang lampu sepeda Fenix BT20 yang cukup terang.

Dari segi harga, backpack ini memang terkesan mahal, tetapi sebenarnya harga tersebut sepadan dengan kualitas yang diberikan.

Saya sih nganggepnya investasi. Sebelumnya saya membeli backpack buatan lokal dengan harga 500-an ribu dan dalam 1-2 tahun sudah terlihat tanda-tanda kerusakan.

Sedangkan backpack ini, dari beberapa review yang saya baca, tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan berarti dalam beberapa tahun pemakaian.

Semoga saja 😀

11 Comments

  1. ipung

    pertamax!

  2. jadi ngerti fungsinya paracord di ritsleting nih… 🙂

    nice tips

  3. hendra

    mantap nih….

    kalau boleh tau dapat dari mana tasnya ?

  4. wuih. menarik ini. nek nang yuopr maneh aku nitip yo… 😀

  5. Antyo

    Wah mitayani tenan.
    BTW kalo njenengan bikin ransel tailor made bagaimana?
    Kayaknya njenengan ahli. 🙂

  6. ih apik. pengiiiin!

  7. @bangsari & aryak:
    Di Jakarta ada dealer resminya kok, harganya 1.2 juta.

    @paman tyo:
    Wah saya cukup pemakai aja, Paman 😀

  8. Gegara YKK yang seharusnya DKK, tapi apik juga “Yeni Kumpul Kebo” hehehe…. dingapuro mas 😀

  9. kui bagian atasnya kenapa sambungannya plastik yo? aku juga ngerasa jadinya terkesan agak rentan.

    Jadi pengen review eigerku yang udah lama aku pakai. aku merasa dibandingkan deuter sama aja nyamannya sekarang (soalnya beli dua-duanya hihi~)

  10. Comment by post author

    @didut: iya, awalnya kuwatir dengan bagian plastik tersebut. tapi sejauh ini cukup aman padahal udah sering diisi sampai penuh.

  11. Aku sih pakenya Deuter TransAlpine 30. Sudah teruji pas Opera Trip ke Wroclaw kemaren. Harganya sih lumayan 120 USD, tapi beli pas clearance sale, jadi cuma 599 ribu. Sejauh ini sih puas banget.

    Malah beli lagi Deuter Race (10 liter), yang sebenernya tas buat sepedahan, tapi dipake harian plus dipake trail run. Lagi-lagi diskonan, jadi cuma 275 rebu (dari 60an USD), tinggal ditambahin water bladder kalo mau ngetrel biar enak minumnya. Tapi ide bagus tuh pasangin senter ya, terutama kalo masuk hutan yg agak gelap. Tapi, udah pake senter yang head-mounting sih.

    *numpang ngeblog di kolom komentar*

Leave a Reply