Category: Daily

Tak Sengaja Selfie

Tak Sengaja Selfie

Saat posisi lampu (belum terpasang) tidak segaris dengan wastafel maupun dinding keramik, maka pemasangan cermin di kamar mandi memerlukan banyak pertimbangan.

Maka dengan demikian, jadilah foto di atas.

Oh iya, ini sekaligus njajal posting lewat Jetpack, aplikasi di HP.

Mulai Menikmati Olahraga Lari

Dalam beberapa tahun terakhir, saya menikmati kegiatan baru yang sebisa mungkin akan saya sempatkan untuk dilakukan di akhir pekan, yaitu berlari. Yang komentar “lari dari kenyataan”, silakan tinggalkan blog ini segera 😛

Saya tumbuh sebagai anak yang jarang beraktivitas berat, pun jarang melakukan permainan lari-lari seperti anak-anak seumuran saya dulu. Namun belakangan saya cukup menikmati hal yang dahulu saya hindari.

Salah satu milestone dalam hobi baru saya adalah ikut serta dalam lomba lari trail Siksorogo awal Desember 2022 yang lalu. Hal tersebut memacu saya (dan istri) untuk mencoba ikut race yang lainnya jika ada kesempatan dan kemampuan.

Saya belum tahu akan menikmati hobi ini sampai kapan. Mari kita nikmati saja selagi mampu dan mau 😀

Ingon-Ingon (Peliharaan)

Di rumah kami ada beberapa hewan yang ditampung karena datang dan anak perempuan saya ndilalah senang dengan aneka macam binatang. Maka ketika dia ulang tahun kemarin, kami memberinya kado seekor bearded dragon alias kadal berjanggut (sebenarnya bisa disebut kadal gurun karena habitat aslinya di gurun).

Bearded dragon kadal berjanggut kadal gurun

Kadal berjanggut ini makan serangga sehingga kami harus membeli jangkrik untuk makanan sehari-hari. Agar tidak perlu membeli jangkrik setiap hari, kami membeli jangkrik dalam jumlah agak banyak dan menampungnya dalam wadah yang memadai.

Selain itu kami harus menjaga jangkrik tersebut agar tetap hidup dengan memberinya makan setiap hari. Jadinya malah punya dua peliharaan tambahan 😀

Sehari setelah memelihara bearded dragon, tetangga saya menemukan dua ekor burung hantu (celepuk) yang masih anak-anak, jatuh dari sarangnya di pohon. Kedua anak burung tersebut diberikan kepada kami. Karena kasihan, kami menampung dua anak burung tersebut agar tetap hidup dan nanti akan kami lepaskan setelah bisa terbang.

burung hantu celepuk owl

Untungnya anak-anak burung tersebut pemakan jangkrik sehingga kami tidak perlu mencari pakan tambahan. Tapi ya itu.. jadinya punya tambahan peliharaan baru lagi.

Motoran Pulang ke Purwodadi

Dua mingguan yang lalu, terbersit ide di kepala saya untuk pulang ke kampung halaman naik motor, sendirian saja tentunya. Setelah mengantongi izin dari istri, maka berangkatlah saya di suatu Sabtu pagi yang sudah menjelang siang.

Awalnya saya berpikir, dengan rute perjalanan harian yang mencapai 40 km, rasanya akan mudah untuk naik motor menempuh jarak 150-an kilometer dari Bantul ke Purwodadi. Ternyata saya salah.

Mungkin karena sudah lama tidak naik motor jarak jauh, ternyata susah juga mengondisikan pikiran agar selalu siaga terus-menerus. Beberapa kali tiba-tiba saya melamun di atas motor, bahaya!

Maka begitu sampai di Terminal Kalioso, motor saya belokkan ke sebuah warung bakso di barat jalan. Kali ini saya tidak jajan mie ayam karena ingin merasakan kembali rasa bakso ala Jawa Tengah.

Dugaan saya benar. Rasa khas bakso Jawa Tengah dengan kuah yang berkaldu kembali saya rasakan di warung bakso tersebut. Rasa yang susah (hampir mustahil) saya temukan di warung-warung bakso di Jogja.

Setelah makan dan cukup beristirahat, motor lanjut saya gas ke arah utara menuju Purwodadi. Sensasi jalan rusak yang menyerupai aliran sungai yang mengering kembali saya rasakan ketika melewati ruas jalan di Sumberlawang, Sragen.

Sebenarnya ada jalan alternatif yang kabarnya lebih layak, yaitu belok kiri sampai tembus ke area Waduk Kedungombo. Tapi saya sengaja mengambil jalur normal karena penasaran.

Lalu lintas kendaraan berjalan merayap, banyak kendaraan yang hanya berjalan dengan kecepatan 20-30 km/jam di ruas sepanjang beberapa kilometer tersebut. Ruas jalan tersebut cukup sepi karena kebanyakan pengguna jalan memilih jalur alternatif demi kesehatan kendaraan mereka.

Dua atau tiga tahun yang lalu, knalpot mobil istri saya patah saat pulang ke Purwodadi. Saya tidak tahu apakah patahnya di ruas jalan ini atau di ruas jalan yang lain (yang waktu itu kondisinya lebih buruk) karena kami baru mengetahuinya ketika sampai tujuan. Saat kami bawa ke bengkel las,  ada 2 kendaraan lain yang antri karena masalah yang sama 😂

Long story short, setelah menempuh jarak 150 kilometer dan 5 jam perjalanan, akhirnya saya sampai di rumah tempat saya dilahirkan.

Tak lupa saya mengambil foto ruas Jalan Siswa di Purwodadi sebagai pengingat bahwa jalan inilah yang mengenalkan saya, seorang anak kecil dari desa, dengan kehidupan baru saat mulai masuk SMP yang terletak di jalan tersebut.

 

 

 

Siapa Pakai Kartu E-money di Jogja?

Saya baru menyadari betapa sedikitnya tempat di Jogja yang menyediakan pembayaran menggunakan kartu e-money saat saya ke Jakarta akhir tahun 2021 yang lalu.

Apakah mungkin hanya saya yang jarang menggunakan kartu e-money di Jogja? Saya kurang tahu. Setahu saya, hanya toko-toko seperti Indomaret atau Alfamart yang saat ini menerima pembayaran menggunakan kartu e-money.

Bagaimana dengan bus Transjogja? Saya tidak tahu. Dari pengalaman saya naik bus Transjogja, membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga saya belum tertarik untuk menggunakannya lagi. Selain itu pilihan trayeknya juga cukup terbatas.

Di rumah ada tersimpan beberapa kartu e-money. Yang ada saldonya hanya satu, yaitu yang biasa digunakan untuk membayar tarif jalan tol ketika mudik.

Tukang Foto Keliling Jaman Now

Akhir pekan kemarin, saya dan keluarga pergi camping di sebuah pantai kecil di Gunung Kidul. Saat matahari mulai bergeser ke barat, saya melihat beberapa orang membawa kamera DSLR dengan lensa panjang.

Awalnya saya kira mereka adalah pelancong, namun ternyata mereka adalah juru foto keliling yang menawarkan jasanya kepada para pengunjung pantai tersebut.

Berbeda dengan juru foto keliling di masa lalu, saat ini mereka tidak lagi menawarkan hasil fotonya dalam media cetak.

Dengan berbekal kabel USB OTG (On The Go), mereka akan menyalin foto-foto dari kamera DSLR mereka ke ponsel kita. Harganya Rp 3000 per file foto.

Saya lupa sedang masak apa. Dipotret oleh juru foto keliling secara candid.

Sebuah perubahan yang cukup menarik dan layak diacungi jempol. Ponsel eh smartphone memang sebuah penemuan yang mengubah banyak hal.

Satu pertanyaan yang belum terjawab adalah apakah mereka melayani transfer file ke perangkat iOS juga? Kemarin saya tidak sempat bertanya.

Sarung Tangan Pencegah Kapalan

Dulu, istri dan anak saya sering protes saat saya mengoleskan lotion atau minyak kutus-kutus ke badan mereka karena ada kapalan di telapak tangan saya.

Awalnya saya cuek dan lanjut mengoleskan lotion/minyak sambil saya pas-paskan agar kapalan di telapak tangan tidak mengenai kulit mereka.

Namun semua berubah saat saya harus bekerja dari rumah, di awal pandemi dulu, selama kurang lebih dua bulan. Waktu itu kapalan di tangan nyaris hilang karena saya tidak mengendarai sepeda motor hampir selama dua bulan. Ternyata kapalan bisa disembuhkan!

Untuk menghindari “tumbuhnya” kapalan kembali, saya membeli sarung tangan murah meriah dari marketplace. Saya beli beberapa buah untuk menggenapi agar mendapatkan gratis ongkos kirim.

Saat ini, hampir setiap hari saya selalu memakai sarung tangan seperti ini saat mengendarai sepeda motor.

Kapalan hilang, istri dan anak tambah sayang! Semoga.

Pawang Hujan di MotoGP Mandalika

Sebelumnya saya tidak mengikuti berita tentang MotoGP di Mandalika, tapi hari ini jadi tertarik gara-gara sorotan pemberitaan mengenai pawang hujan di gelaran even internasional tersebut.

Dalam banyak foto dan video yang tampil di timeline akun medsos saya, tampak seorang perempuan berjalan di sirkuit, bertelanjang kaki, sambil tangannya memegang singing bowl dan melakukan gerakan-gerakan tertentu.

Dan dia berhasil! ??

Setelah itu linimasa jadi riuh membahas hal tersebut, dari pujian, cibiran, hingga makian. Komplit ?

Kalau pendapat saya pribadi, pemakaian pawang hujan ini adalah bagian dan ikhtiar/usaha untuk melancarkan acara dan saya mengapresiasinya.

Kalau ada yang tanya apakah ini kegiatan syirik atau bukan, perlu pembahasan panjang dan saya bukan ahli agama. Jadi saya taruh koper saja (rest my case).

Positive thinking saja, mungkin doa pawang hujan tersebut lebih didengar Tuhan daripada kalau saya atau Anda yang berdoa hehe..

Bawa Senter di Siang Bolong

Beberapa orang bertanya kenapa saya bawa-bawa senter di siang bolong. Padahal saya selalu membawa senter itu kapan saja dan baru digunakan ketika gelap datang.

Kurang lebih sama dengan orang kemana-mana membawa pulpen, baru digunakan ketika perlu untuk menulis. Sesederhana itu kok sebenarnya.

Soal jumlah senter yang dibawa, itu lain cerita. Kalau cuma bawa satu senter lalu kehabisan baterai kan repot. Solusinya adalah bawa baterai cadangan atau sekalian bawa senter cadangan. Praktis, bukan?

Penggantian Kartu ATM Mandiri dan BCA via Aplikasi

Beberapa waktu yang lalu saya mengajukan penggantian kartu ATM Mandiri dan BCA melalui aplikasi internet banking di HP. Kartu ATM Mandiri saya sudah kedaluwarsa sedangkan kartu ATM BCA saya jatuh/hilang saat saya simpan di celana dengan desain saku yang salah.

Soal celana dengan desain saku yang salah ini, sebelumnya saya mengalami kejadian di mana barang di saku celana tersebut meluncur jatuh saat saya duduk. Beberapa kali. Jadi ya saya salahkan saja celananya, tapi tetap dipakai lagi dan lagi.

Kembali ke penggantian kartu.

Penggantian Kartu ATM Mandiri

Penggantian kartu ATM Mandiri saya lakukan dengan mengakses halaman website join.bankmandiri.co.id dan mengisi detail kartu dan nomer rekening. Setelah itu dilakukan sesi video call melalui website tersebut.

Read More

Pensiunnya Gagak Rimang

Setelah menemani saya selama empat belas tahun, akhirnya tiba waktunya untuk Gagak Rimang pensiun dan pengabdiannya dilanjutkan oleh kuda muda yang belum saya beri nama. Penggantinya ini bukan motor bebek tapi kurang pas juga kalau disebut motor sport karena tidak sporty-sporty amat.

Di kampung saya dulu, motor dengan tangki bahan bakar di galangan biasa disebut “montor lanang” karena biasanya hanya pria yang naik motor jenis ini. Dengan mengusung semangat kesetaraan gender, rasanya kurang adil juga kalau saya ikutan menyebutnya “montor lanang” karena jaman sekarang siapa saja lumrah untuk naik apapun jenis motornya.

Sekarang saya jadi tahu alasan beberapa teman saya dulu menjual motor sport mereka setelah menikah dan berganti dengan matic/bebek. Tentu saja agar lebih mudah bawa botol galon, beli gas, bawa belanjaan, dan juga momong anak di depan.

Pengalaman Rapid Test COVID19 di Jogja

Hari ini saya ke RS JIH di ringroad utara Jogja untuk menjalani rapid test COVID19. Rapid test ini diwajibkan oleh perusahaan tempat saya bekerja karena seminggu yang lalu saya melakukan perjalanan ke Bojonegoro (waktu itu zona merah).

Rapid test dilakukan setelah seminggu karantina mandiri sambil bekerja dari rumah (WFH). Jika hasil rapid test non reaktif, besok pagi (Senin) saya boleh datang dan bekerja di kantor seperti biasa.

Ini adalah rapid test kedua saya di RS yang sama sehingga saya langsung tahu harus menuju ke mana. Papan petunjuk terpasang jelas sehingga untuk yang pertama kali datang pun seharusnya tidak mengalami kesulitan.

RS JIH ini melayani rapid test drive thru sehingga saya tidak perlu turun sari kendaraan dan mengurangi interaksi dengan banyak orang.

Begitu sampai di lobby, security dengan ramah menanyakan mau rapid test untuk berapa orang dan kemudian memberikan formulir dan pulpen untuk mengisi biodata serta meminjam kartu identitas saya.

Setelah itu perawat dengan APD lengkap datang dan menanyakan mau diambil darah di lengan atau ujung jari. Saya memilih lengan karena sepertinya lebih nyaman dan perawat tersebut langsung mengambil darah dari vena di lengan kiri saya.

Setelah perawat menanyakan apakah saya menghendaki hasil lab saja atau termasuk surat keterangan, perawat yang sama membantu dengan proses pembayaran.

Biaya untuk rapid test tanpa surat keterangan dokter adalah Rp 150.000 dan bisa dibayar dengan cash atau kartu debit.

Keseluruhan proses hanya memakan waktu 5-10 menit saja. Bagian terlama menurut saya adalah saat mengisi formulir karena sudah agak lama saya tidak menulis dengan pulpen.

Setelah membayar dan mendapatkan bukti pembayaran, kami langsung keluar dari RS dan bahkan parkirnya tidak perlu membayar karena belum melebihi batas minimal waktu parkir.

Dalam perjalanan pulang, saya menerima pesan WhatsApp dari RS JIH bahwa hasil rapid test akan keluar dalam 10 menit lagi.

Tak berapa lama, hasil rapid test terkirim ke alamat email saya dan alhamdulillah hasilnya non reaktif.