Sebagai anak desa yang tumbuh dan besar di sebuah desa kecil di daerah aliran Sungai Lusi, ada beberapa ketrampilan yang pada jaman dahulu “wajib” saya kuasai agar ngumumi dengan teman-teman sepermainan.
Ketrampilan-ketrampilan ini biasanya ditularkan dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun secara ghoib dengan metode “katanya”. Ada yang saya pelajari dari teman sepermainan, ada pula yang saya curi ilmunya dari bapaknya teman.
Penasaran dengan ketrampilan-ketrampilan yang pada jaman saya kecil seolah menjadi kurikulum wajib?
Membuat Ketapel
Ketapel, blandring, atau plintheng. Mainan sekaligus senjata yang wajib dimiliki oleh anak laki-laki di kampung saya dulu. Kejelian dalam memilih cabang pohon berbentuk Y dan mengikatkan karet pentil sebagai pelontarnya adalah suatu hal yang lumrah dikuasai.
Bagian ketapel yang digunakan untuk membungkus batu/peluru disebut kalep, bahan yang paling sering digunakan adalah kulit potongan sabuk atau sendal, sedangkan yang dianggap keren adalah kalep dari kulit kepompong ulat mahoni yang tipis namun sangat kuat.
Jumlah karet pentil menandakan prestise. Anak biasa menggunakan 2-3 lapis karet pentil untuk pelontar pelurunya, sedangkan anak kuat menggunakan 4-6 lapis karet pentil. Semakin banyak pentil yang digunakan, semakin besar tenaga yang dibutuhkan untuk menembakkan ketapel dan semakin mematikan ketapel tersebut saat digunakan untuk berburu burung.
Jumlah burung yang berhasil ditembak jarang menjadi bahan pembicaraan. Bahkan seumur-umur, saya baru satu kali mendapatkan burung menggunakan ketapel.
Membuat Petasan
Bulan puasa dan mercon adalah paket wajib waktu itu. Semakin banyak jumlah sampah kertas pecahan mercon yang bertaburan di jalan seolah menjadi pertanda kesejahteraan suatu kampung.
Waktu itu, setiap anak lelaki seolah wajib menguasai teknik pembuatan mercon. Berbekal dua batang kayu silinder dengan paku tertancap di salah satu ujungnya dan setumpuk kertas bekas, seorang anak laki-laki siap membuat tabung kertas dan mengisikan “obat mercon” yang bisa dibeli di pengecer terdekat.
Dijual per ons, serbuk berwarna perak kehijauan itu siap menggetarkan suasana bulan puasa. Ukuran mercon terbesar yang pernah saya buat hanya berdiameter sekitar 5 cm, saya tancapkan ke kotoran sapi yang menggunung dan saat meledak melemparkan kotoran sapi ke segala penjuru.
Beberapa kawan yang bernyali lebih besar biasanya akan membuat mercon dengan ukuran lebih besar, berdiameter sekitar 7-10 cm atau bahkan lebih.
Membuat Gasing Kayu
Gasing kayu biasa dimainkan di musim kemarau, dimainkan secara berkelompok di halaman rumah tetangga yang berpasir. Gasing biasanya dibuat dari kayu terkeras dan terberat yang bisa ditemukan agar kuat saat digunakan menghantam gasing lawan.
Gasing terbaik yang pernah saya buat berbahan kayu nangka, dari pohon nangka yang sudah terlihat “galih”-nya. Berwarna kuning kehitaman, dengan paku yang ditumpulkan di bagian pangkalnya dan dipasang di dasar gasing agar bisa berputar selama mungkin. Paku tersebut juga digunakan sebagai titik benturan agar bisa menghancurkan gasing lawan saat pertandingan “death match”.
Tak hanya mahir membuat, anak lelaki di kampung saya waktu itu harus bisa memainkan gasing. Teknik melilit tali ke gasing sangat menentukan agar saat memutar gasing posisinya tidak terbalik karena bisa jadi bahan tertawaan.
Memilin Tali Gasing
Tali yang digunakan untuk memutar gasing adalah tali buatan sendiri, tidak bisa menggunakan tali tambang yang dijual di warung karena ukuran tali gasing semakin mengecil di ujungnya.
Tali ini biasanya dibuat dari kulit pohon waru, serat batang pohon pisang, atau dari kain sobekan sarung/jarik. Panjangnya sekitar satu meter atau menyesuaikan dengan diameter gasing yang dimiliki. Tak jarang seorang anak memiliki tali yang berbeda-beda untuk tiap gasing yang dimiliki.
Metode pembuatan tali ini disebut “nampar” yang berarti membuat “tali tampar” atau tali yang bentuknya berpilin-pilin. Dua helai bahan tampar dipilin di paha sedikit demi sedikit sampai jadi. Dibutuhkan paha yang tidak berbulu atau bulu-bulu kaki akan langsung gundul setelahnya.
Nah demikianlah beberapa macam ketrampilan yang seolah wajib dikuasai oleh anak-anak seumuran SD pada jaman saya kecil. Anak-anak yang tidak menguasai ketraampilan-ketrampilan tersebut tidak akan dikucilkan, malah biasanya dibantu dibuatkan agar bisa ikut bermain bersama.
Jadi bagaimana, masa kecil saya keren bukan?
Yohanes Hans
Kalau keahlian saya waktu kecil adalah manjat pohon. Hampir semua jenis pohon buah di desa saya, desa Tuntang namanya, sebuah desa didekat kota Salatiga Jawa Tengah, pernah saya panjat lalu saya curi buahnya. Jadi mungkin secara spesifik, keahlian saya waktu kecil adalah nyolong buah dari pohonnya. Hahahahaha *ngaku*
Q-thrynx
kalo bikin layangan dan nggelas benang layangan, masuk gak?
ini dokumenku
Kalau masa kecil saya seringnya main benthik
detnot
kalo sampeyan pernah main dengan alat-alat itu berari anda sudah tua 😀
______________________sama 😀
Sabung Ayam Online
nostalgiaaaaaaa