Beberapa tahun yang lalu, setelah lulus SMU saya bekerja di studio foto kecil bernama Margo Foto kepunyaan Pak Margo, masih mempunyai hubungan family dengan keluarga saya meskipun rada jauh.
Selain menerima orderan foto pernikahan, pesta, rapat, kematian atau apapun, Margo Foto juga menerima order pas foto untuk sekolahan. Biasanya order pas foto ini ramai ketika musim awal tahun ajaran baru dan akhir tahun ajaran.
Suatu ketika, sepulang memotret di beberapa SD dan beberapa SMU segera saya sarangkan Nikon FM 10 yang waktu itu saya pakai. Lalu masuk ke “ruang sakral” seluas 1.5 x 1.5 meter. Ruangan tersebut digunakan untuk mencuci dan mencetak foto hitam putih. Untuk foto warna, biasanya kami lemparkan ke studio foto yang lebih besar dan mempunyai alat yang lebih canggih.
Hari itu, target 3 rol filem hitam putih harus dicuci dan dicetak. Maka setelah ketiga rol tersebut saya “cuci” dan dikeringkan, segera saya siapkan kertas foto dan cairan-cairan ajaib untuk membuat keajaiban.
Dalam hitungan kasar, satu rol film berisi 36 frame. Namun pada kenyataannya kadang mencapai 39 bahkan 40 frame. Satu frame-nya memuat 3 gambar anak SD (sekolah di desa umumnya menggunakan cara ini, satu frame untuk 3 orang anak. Menghemat pengeluaran). Lalu tiap anak harus dicetak 12 lembar.
Pencetakan foto masih menggunakan cara manual. Saya nggak tau apa nama alat berbentuk tabung dengan cahaya lampu di dalamnya. Yang saya tahu saya harus meletakkan negative film di ujung bawah yang terdapat lensanya. Taruh kertas foto di bawahnya lalu nyalakan alat ajaib itu beberapa detik.
Setelah itu, kertas foto harus saya cemplungkan ke dalam baskom berisi cairan pengembang, ditunggu beberapa saat sampai gambar demit atau apapun yang nongol di sana mencapai ketajaman yang cukup dan harus cepat-cepat saya pindahkan ke cairan yang berfungsi menghentikan proses penampakan tersebut. Setelah beberapa saat barulah saya pindah ke dalam baskom berisi air bersih untuk menghilangkan semua pengaruh cairan ajaib.
Setelah mengerjakan 3 rol film yang masing-masing terdiri dari 36+ frame, dan tiap frame terdiri dari 3 gambar anak sekolah, lalu tiap gambar anak sekolah harus saya cetak 12 lembar, maka terkaparlah saya diruangan sempit dan remang-remang merah itu.. Tertidur beberapa saat hingga terbangun gara-gara Pak Margo gedor-gedor pintu karena saya tidak menjawab panggilan beliau.
Oh iya, waktu itu saya termasuk orang sakti keturunan Rayden sang Dewa Petir. Betapa tidak, saya termasuk orang-orang yang mampu menjual kilat!
Leave a Reply