Sejarah Keren

Ruwahan

Sejak tiga hari yang lalu istri saya sudah berpesan agar hari kemarin Jumat ini saya cepetan pulang dari tempat kerja. Katanya akan ada kenduri dii rumah Pak RT dalam rangka ruwahan.

Ruwahan dari asal kata Ruwah, yaitu nama bulan (Bahasa Jawa) sebelum bulan Poso (Ramadhan). Di Jawa, umumnya orang-orang mengadakan kenduri untuk menyambut datangnya bulan puasa.

Bedug maghrib saya sudah sampai di rumah. Saat akan cuci muka, pintu rumah diketuk oleh Mas Agus yang ngajak barengan ke rumah Pak RT. Rumah Pak RT ini letaknya persis di depan rumah tempat saya ngontrak.

Ternyata hampir semua tetangga sudah berkumpul di tempat Pak RT sambil membawa nampan yang berisi makanan. Nampan-nampan tersebut dikumpulkan di tengah dan kami duduk melingkar, lalu membaca doa bersama-sama.

Setelah rangkaian doa selesai dipanjatkan (iya, dipanjatkan karena doa tidak bisa memanjat sendiri) maka kami pulang ke rumah masing-masing sambil membawa kembali nampan yang berisi makanan yang telah didoakan bersama-sama tadi.

Hal ini berbeda dengan kebiasaan di kampung kelahiran saya, yaitu tiap rumah mengadakan kenduri sendiri-sendiri.

Misal satu kampung kenduri ada 20-30 orang, maka dalam satu minggu menjelang puasa akan dilakukan 20-30 kenduri di rumah yang berbeda-beda, bergantian. Sangat boros dan menguras tenaga.

Efek samping lainnya adalah melimpahnya nasi berkat dari masing-masing rumah yang mengadakan kenduri. Makanya tidak heran jika pada hari pertama puasa, mayoritas atap rumah warga tertutup karak, alias nasi yang dijemur.

Bagi ibu-ibu yang punya waktu dan tenaga ekstra, sisa nasi tersebut diolah menjadi gendar atau puli, kemudian dipotong tipis-tipis dan dijemur. Lalu setelah kering akan digoreng dan menjadi kerupuk gendar yang rasanya enak.

5 Comments

  1. gendar-e mengini…suwe ra mangan gendar

  2. haha kalau di rumah mbah uti waktu ruwahan gini makanan bakal banyak buangett

  3. ngomong-ngomong tentang kenduri… di tempate simbahku yo ngono…
    pas ruwahan gini bisa jadi marathon kendurennya.. estafet dari satu rumah ke rumah lainnya…
    dulu tak pikir karena gara-gara ruwahan, tapi pas ngerti ada yang ngundang kenduri buat nyatus atau nyewu koq juga model marathon gitu. padahal dari beberapa anggota keluarga yang rumahnya berdekatan (kenapa gak digabung jadi satu saja ya?)

    sependapat denganmu Yen… sangat boros dan menguras tenaga.

  4. Jadi, kamu datang bawa makanan sendiri yang lalu didoakan bersama atau bawa pulang makanan dari kenduri?

  5. Comment by post author

    @Jensen: Aku bawa makanan sendiri dari rumah, dibacain doa, lalu pulang lagi bawa makanan tersebut 😀

Leave a Reply