Menjelang tahun perebutan kekuasaan, tanpa mewarisi ilmu dari Nastrodamus sekalipun kita semua tahu bahwa akan terjadi beberapa benturan horizontal yang bukan tidak mungkin akan mewujud menjadi bentuk kekerasan.
Berbagai ‘kelompok pesta’ akan saling memperebutkan pendukung untuk menaikkan boneka mereka menjadi pemimpin negara ini atas nama rakyat senusantara.
Tapi lihatlah, akankah mereka membawa negara ini ke arah yang lebih baik? Dari kacamata awam saya kok sepertinya tidak. Pesta demokrasi tahun depan hanya akan menjadi ajang untuk saling menunjukkan siapa yang lebih unggul di atas siapa.
Orang-orang yang disiapkan atau mempersiapkan diri untuk memimpin negara ini semuanya adalah stok lama. Bahkan beberapa di antaranya mempunyai catatan yang yang tidak bisa dibilang bagus. Tidak ada wajah-wajah baru dimana saya bisa menaruh harapan atau sekedar mempertaruhkan nasib negara saya.
Akankah saya membiarkan mereka-mereka itu memimpin tanah yang saya pijak dalam setiap hembusan nafas ini?
Dalam situasi seperti ini, saya cuma bisa wadul kepada Tuhan. Veni domine, datanglah Tuhan.
Hanya Tuhan yang bisa merubah bangsa ini, maka saya akan selalu memohon denga manja kepada Tuhan agar beliau ikut pemilu dan memperbaiki bangsa ini secara keseluruhan.
Namun jika Anda mau ikutan ngeluh dan wadul kepada sang Alpha Omega, tentu saja hal ini semakin membuat beliau semakin tidak enak hati untuk tidak mengabulkan pinta kita. Bukankah demikian?
Ya.ya. Mungkin Anda menganggap saya hopeless, faktanya memang iya. Saya, seperti Anda-Anda pada umumnya, ketika tak ada lagi harapan yang bisa diimpikan, tentu saja akan mengharapkan keajaiban bukan?
Dan nyatanya, selama ini memang hanya Tuhan yang bisa membuat suatu keajaivan bisa terjadi.
Veni Tuhan! Datanglah Domine!
Asem, nulis sepanjang ini menggunakan gadget kesultanan ternyata capek juga 😀
Leave a Reply