Sebagai penggemar alat potong, saya paling menikmati saat-saat memanfaatkan alat potong yang saya miliki sebagaimana mestinya: untuk memotong. Selain saat memotong, hal lain yang saya sukai adalah saat membersihkan dan mengasahnya.
Seperti siang tadi, membersihkan semak-semak di depan rumah menggunakan kukri buatan Nepal, kiriman dari seorang teman yang menamakan dirinya Hommer J. Simpson, dua tahun yang lalu.
sempak
27/12/2011 — 21:53
halaman depan rumah saya sekalian mas…
Yeni Setiawan
27/12/2011 — 22:14
@sempak
sekalian sunat mboten mas?
goop
28/12/2011 — 09:55
njenengan ngasah pakai apa?
saya masih pakai wungkal hahaha
ditunggu postingannya soal ngasah bendo :p
si Mas Ganteng
28/12/2011 — 13:02
kukri itu bukannya senjata pasukan/tentara Gurkha yak?
Yeni Setiawan
28/12/2011 — 18:48
@Goop
Sama Uncle, saya juga menggunakan wungkal kok. Kalau untuk pisau dapur, cukup pakai amplas grid 1000 dengan alas mouse pad. Kapan-kapan saya coba tulis panduannya, kalau ingat 😀
@Mas Ganteng
Iya mas. “Alat potong” khas Nepal dan digunakan sebagai senjata khas pasukan Ghurka. Kalau di rumah sih dipake bersih-bersih pekarangan dan dibawa pas naik gunung hehe..
Q-thrynx
28/12/2011 — 20:00
bersih-bersih semak pake kukri pasti karena nggak punya arit ya Yen? 😀
christin
28/12/2011 — 21:49
lekukan di pangkal itu fungsinya buat apa ya? kukira buat bukaan botol tapi kayaknya bukan…
Yeni Setiawan
29/12/2011 — 00:15
@Q-thrynx
Hooh mas, adanya malah clurit :'(
@kitin
lekukan itu disebut sebagai cho. secara spiritual adalah lambang dewa siwa, secara fungsional (katanya) untuk mencegah darah mengalir ke gagang kukri.
Jauhari
31/12/2011 — 06:34
Bentukke Lucu mas.. tapi ketoe sekali tebas beres…..
detnot
04/01/2012 — 15:10
saya jadi teringat
detnot
04/01/2012 — 15:14
wew komen saya kepotong…
“saya jadi teringat mendiang kakek saya yang begitu sayang sama golok-goloknya”
ngodod
15/01/2012 — 16:33
ini Kukri ane pake buat cungkil2 tanah pas naik gunung di Merbabu. dengan meminta maaf terlebih dahulu sama empunya, lewat kontak batin (yang gagal).