Semalam, seorang adik kelas jaman SMA mengajak saya untuk keluar. Karena menyangka akan diajak makan-makan maka saya batalkan saja acara rutin saya setiap jumat malam yaitu tidur. Diapun datang menjemput saya sehabis Isya, dan kamipun meluncur pergi entah kemana, saya belum tahu.
Motor dibelokkan ke arah suatu gedung pertemuan di batas kota Jogja. Lalu dari sebuah jendela saya melihat banyak orang duduk menghadap ke sebuah layar dan seseorang berdiri di depan memegang mikrofon. Otak saya langsung mendapat sinyal, saya akan diprospek MLM!
Mendadak pengen marah, namun saya tahan. Kenapa juga tadi saya mbonceng, gak bawa motor sendiri. Mau tidak mau saya ikut adik kelas tadi masuk ke gedung pertemuan. Duduk di kursi paling belakang dan memperhatikan keadaan.
Benar saja, saya sedang menghadiri sebuah presentasi MLM. Beberapa orang tampak mengenakan pakaian dengan sangat-sangat rapi. Berjas dan berdasi, sangat bertolak belakang dengan saya yang berkaos dan bersandal gunung. Ah cuek, toh saya sangat nyaman seperti ini.
Saya perhatikan pembicara di depan, wajahnya seperti saya kenal. Seorang wanita muda yang penuh semangat, sedang menjelaskan sesuatu dengan bantuan sebuah slide show yang ditembakkan proyektor ke screen di sebelahnya. Iya, dia adik kelas saya jaman SMA dulu.
Lalu dalam pertemuan itu, disebut-sebut sebuah nama yang telah mencapai level yang cukup tinggi dalam jangka waktu 2,5 tahun saja (dan kebetulan pencapai level tertinggi yang hadir tadi malam). Sang pemilik nama maju ke depan, sangat-sangat rapi dan bersemangat. Saya tidak mengenalinya, namun adik kelas yang mengajak saya menyebutkan kalau dia adik kelas saya juga di SMA. Otak saya berusaha mencocokkan wajah pembicara di depan saya dengan database wajah-wajah yang tersimpan di otak. Nihil.
Lalu di screen ditampilkan sebuah video berisi perjalanan sang pembicara ke luar negeri, menikmati bonus jalan-jalan dari perusahaan. Di video dia hanya mengenakan pakaian casual, saya mengenalinya. Wajah ndeso itu adik kelas saya, seorang pendiam pada jamannya sehingga saya tidak tahu namanya, hanya wajah saja. Ternyata namanya Yudi.
Lalu acara usai dan diisi acara santai, ngobrol-ngobrol. Adik-adik kelas saya kemudian mendatangi saya, sambil menjabat tangan saya erat dengan penuh semangat dia berkata “Ah, ini Mas yang pacarnya mbak itu dulu kan? Apa kabar Mas?”, dan wajahnya terlihat sedang berusaha keras mengingat nama saya.
Dem, selalu saja orang lebih mengingat pacar saya jaman SMA dulu daripada saya! T_T
Lalu sambil ditemani secangkir kopi –yang kelebihan gula– kami ngobrol-ngobrol sepuasnya. Tentang bagaimana Yudi menghadapi berbagai hinaan ketika memulai dulu, dan bagaimana kini dia menikmati penghasilan di atas 20 juta setiap bulan (dia tidak menyebutkan jumlah penghasilannya, namun adik kelas yang mengajak saya yang menyebutkannya dalam perjalanan pulang).
Anda tahu? Saya benar-benar menemukan hal baru semalam. Bagaimana Yudi yang begitu pendiam dulu kini menjadi pembicara –atau mungkin istilah kerennya network marketer?– ulung. Sangat menyenangkan melihat dan menemukan hal-hal baru yang saya tak pernah kepikiran sebelumnya.
Setelah cukup malam, Yudi berpamitan ke saya. Lalu dia berbalik dan menuju ke tempat parkir, memasuki sebuah sedan mahal mulus yang sedari tadi parkir di situ dan sempat saya pertanyakan siapa pemiliknya. Lalu adik kelas yang masih di samping saya berkata, “mobil itu dia dapatkan hanya dalam 2,5 tahun Mas”. Saya melihat sedikit sinar harap dan iri di matanya.
Leave a Reply