Sejak kecil, saya tinggal di suatu desa yang baru terjangkau listrik ketika saya berumur 7 tahun. Hiburan tiap malam adalah menggelar tikar di pekarangan, menyaksikan bintang di langit sambil mendengar ibu bercerita tentang bintang-bintang di langit itu berdasarkan apa yang beliau dapat dari guru di SR dulu.
Ada dua hal yang masih saya ingat sampai sekarang. Yang pertama adalah ketika saya melihat komet untuk pertama kalinya. Komet itu bergerak dari horizon satu ke horizon lainnya sampai hilang tertutup pohon-pohon bambu yang waktu itu masih banyak terdapat di sekitar rumah.
Sedangkan yang kedua, saya ga tau apa namanya. Ketika sedang menyaksikan pentas dangdut pada suatu perayaan tujuh belasan di balai desa, saya lebih memilih memandang langit daripada memandang penyanyi dangdut yang berdandan seksi.
Di langit saya lihat sesosok seperti komet tetapi berwarna kuning kemerah-merahan (tidak hijau kebiruan seperti komet yang saya lihat pertama kali). Meluncur sangat cepat dan langsung terpecah menjadi lima bagian dan berpencar ke arah yang berbeda-beda dan hilang begitu saja.
Udah, gitu aja.
mantan kyai
26/12/2008 — 05:29
Udah, gitu aja?
chocoluv
26/12/2008 — 05:49
pertamax mahal :p
saya sama adik saya dulu sering ngliat bintang kalo malem2. dapet bonus peta langit dari kompas, berasa ahli ngliat bintang dan cari tau namanya π
terus sempet bercita2 jadi astronom.
*tapi itu dulu sih hehehehe*
goop
26/12/2008 — 09:36
itu Banaspati, bukan, mas Bro?
aGoonG
26/12/2008 — 10:01
Mungkin itu hanya sebuah pesawat luar angkasa (UFO. :red) yang sedang mampir ke bumi, dan berpencar untuk melakukan pengintaian. Terutama kalau ada keramaian seperti yang anda liat. Mungkin disana tidak ada dangdut, makanya mereka menuju ke situ.
Terus buat apa datang ke dangdutan ?
I[says]Hoax !!! (devil)
meong
26/12/2008 — 11:53
sejenis pulung kah ??
ato emang benda langit ?
ahhhh….tp….memandang langit malam (soale nek langit siang, ga kuat) seperti memandang ke kedalaman jiwa. sekaligus menyelami keagungan Gusti.
raane dadi ciliiiikkkk bgt.
dan penasaran pengen ke black hole. juga diculik alien.
Zam
26/12/2008 — 17:50
Langit memang telaga yg meneduhkan, ki sanak..
Suwahadi
26/12/2008 — 19:37
Sama banget dgn masa kecil aku.
Menggelar tikar di halaman rumah, berkumpul dengan semua keluarga.
Duh, enaknya waktu2 itu.
Kapan mbalek kecil lagi? π
01gunkz
26/12/2008 — 20:51
Masa keciL yg indah..
: )
arya
27/12/2008 — 04:29
bakat ependi terpendam, daripada nonton penyanyi dangdut yg seksi, malah nonton bintang. ahahaheaheahea.
Goen
27/12/2008 — 13:03
Etapi Ar, saya yakin jika yang di panggung itu ronggeng, pasti Sandal akan melototinya. π
Dony Alfan
28/12/2008 — 02:22
Langsung make a wish: semoga listrik segera mencapai desaku
andif
28/12/2008 — 09:43
langit oh langit …..
sawali tuhusetya
28/12/2008 — 22:42
listrik masuk di desa saya malah saya dah hampir lulus smp, mas sandalian, hiks. wah, rupanya sedang [ada nggelar rapat di pertapaan gunung kelir toh.
Andy MSE
29/12/2008 — 02:28
Ra jelas blasss…
Nyante Aza Lae
29/12/2008 — 12:06
kembang api kah mass?
genthokelir
30/12/2008 — 17:19
aseli ndeso banget hahaha yang ada di langit berpendar jadi lima itu namanya kembang api hahaha
genthokelir
30/12/2008 — 17:21
salah yoh bukan ding aku ra ngerti kok masalahe saya nggak melihat sendiri dan itu tentu hanya bisa di lihat di ndeso sedang aku nggak tinggal di ndeso dri kecil kok tapi di nggunung hehehe
guntur geni
30/12/2008 — 20:48
ternyata njenengan waktu kecill,
luguu banget yah…
(lucu tur wagu)
hahaha
bukan nihonjin
02/01/2009 — 15:50
itu mungkin pecahan bolanya dragonball …… tapi ko cuma 5 ya???
Rachel Marx
27/01/2009 — 13:59
Wah
Aku malah ngeness meneh mas,
listrik masuk kampungku pas jaman 94
Itu aku dah 9 tahun
dangdutan??? boro borooooo mas
neng kampungku jaman semono ketoprak atau wayang
nglempoh ning ratan….
hiks hiks hiks
hope
21/02/2009 — 14:22
asik banget dah:wavey