Daily

Nonton Java Jazz 2014 – Part 1

I'm Nat Ting Cool

Sekitar 3 minggu yang lalu, Puan Peri mengatakan bahwa Jamie Cullum akan tampil di Java Jazz tahun ini dan dia pengen nonton. Setelah agak berpikir, akhirnya saya iyakan permintaannya untuk menonton Java Jazz karena tampangnya yang memelas melebihi melasnya anak-anak jalanan yang biasa nawarin jasa ngelap motor.

Besoknya kami susun beberapa rencana mengingat perjalanan dari Jogja ke Jakarta tentu akan membutuhkan banyak persiapan, apalagi sekarang sudah ada Lumen. Belum lagi urusan pembelian tiket show yang nominalnya cukup lumayan. 2 x 500 ribu untuk tiket masuk dan 2 x 250 ribu untuk tiket Jamie Cullum (special show).

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Seorang teman memberitahu bahwa ada kuis di Facebook yang berhadiah sepasang tiket Java Jazz dan pesertanya belum terlalu banyak. Pada menit-menit terakhir, saya mengirimkan foto ini sebagai syarat lomba, yaitu meniru artis jazz favorit 😀

I'm Nat Ting Cool

Sesuai dugaan (sok pede), foto tersebut terpilih sebagai salah satu pemenang sepasang tiket Java Jazz, yay!

Namun tak dinyana, besoknya lagi ada pengumuman kalau saya juga berhak mendapatkan sepasang tiket special show dan bisa memilih harinya. Terima kasih Tuhan, dengan demikian kami hanya perlu memikirkan biaya transportasi dan akomodasi saja.

Berangkat ke Jakarta dengan Air Asia

Singkat cerita, hari Jumat pagi kami berangkat dari Jogja dan di Bandara Soeta dijemput oleh @juragankepiting yang sekarang tambah gendut sejak menikah beberapa bulan yang lalu. Setelah mengantar Puan Peri untuk meeting di kantornya di kawasan Bintaro, kami bertiga (saya, Kepiting, dan Lumen) memutuskan menunggu di 1 1/5 Coffee di Jalan Gandaria.

1 1/5 Coffee

Setelah urusan di kantor Puan Peri beres, kami meluncur ke hotel di daerah Pasar Baru dan bersiap menuju venue Java Jazz dengan semangat menyala-nyala. Sekitar jam 8 malam kami keluar dari hotel dan naik taksi dari hotel ke venue yang hanya membutuhkan waktu 10 menit. Tetapi taksi tidak bersedia mengantarkan ke dalam karena banyaknya antrian kendaraan. Apa boleh buat, akhirnya jalan kaki sejauh kurang lebih 300-400 meter untuk sampai ke gerbang 😀

Setelah antri agak lama (karena menggunakan tiket invitation) akhirnya kami berhasil masuk ke venue, di sana suasananya benar-benar meriah. Saya tidak menghitung berapa banyak panggung yang disediakan, juga tidak ada petunjuk jelas panggung apa di sebelah mana. Jadwal acara juga tidak jelas dipajang di mana 😐

Di depan salah satu panggung outdoor

Karena tujuan utama kami adalah nonton Jamie Cullum pada jam 11.00 malam, kami segera mencari lokasi panggungnya. Setelah tanya sana-sini, akhirnya kami menemukan lokasi panggungnya. Namun belum ada antrian apapun sehingga kami memutuskan jalan-jalan sebentar keliling arena Java Jazz tersebut.

Jam 10.30 malam antrian mulai menumpuk di pintu masuk hall tempat Jamie Cullum manggung. Antrian agak tidak terkendali di bagian belakang karena pagar pembatas antrian hanya sepanjang 50an meter saja, di bagian belakang menumpuk tanpa ada usaha dari panitia untuk membereskannya.

Setelah antri sekitar 30 menitan, kami menyerah dan memutuskan keluar dari antrian karena terlalu pengap dan melebar. Antrian juga tidak bergerak samasekali, artinya pintu masuk belum dibuka. Senter Novatac 120T yang selalu saya bawa membuat proses kabur dari kerumunan manusia menjadi sedikit lebih mudah. Dengan menaruh senter di dada dan mengarahkan sinarnya ke bawah, semua orang yang akan saya lewati menoleh ke arah saya dan memberikan jalan.

Pukul 11.30 kami melongok lagi ke arah antrian dan sudah agak sepi. Puan Peri mengatakan ikhlas jika hanya kebagian 1 lagu penutup saja, mengingat sesaknya antrian sebelumnya. Setelah 10 menitan antri akhirnya kami berhasil masuk ke hall tempat JC manggung. Daaan.. acaranya belum mulai! Nggak tahu kudu sedih apa senang 😀

Kami kebagian tempat agak di belakang namun masih cukup jelas untuk melihat aksi JC di panggung. Adanya big screen di kanan dan kiri panggung juga sangat membantu. Suasananya jauh lebih nyaman daripada saat nonton pentas Matah Ati di Solo beberapa bulan (atau tahun?) yang lalu.

Jamie Cullum on stage

Lumen sudah tidur saat JC mulai manggung. Agar tidak terganggu suara bising, kami memasangkan ear plug di telinganya dan dia tampak tidur dengan nyaman di gendongan yang saya pakai. Saya biarkan istri saya menikmati penampilan artis idolanya tersebut dan saya menikmati permainan lampu-lampunya yang mengingatkan saya dengan adegan terbukanya kapal/pesawat milik makhluk luar angkasa sambil menggendong dan sesekali memangku Lumen, yang masih tertidur pulas,  saat saya duduk.

Karena penampilan Jamie Cullum mundur sekitar 1 jam, akhirnya kami tidak kebagian nonton penampilan Dave Koz di panggung lain yang mulai main pukul 00.30. Apa boleh buat, tidak ada yang bisa kami lakukan hehe.

Setelah pentas selesai, kami kembali ke hotel naik bajaji, dan istri saya jatuh cinta dengan kendaraan bajaji 😀

7 Comments

  1. (((BAJAJ)))

  2. Kisah Hotel di Pasar Baru tidak diceritakan ?

  3. detnot

    kisah paling dramatis menurut saya ketika sampeyan di jemput juragan kepiting jeng.
    gk ngebayangin ada kepiting maen ke bandara, udah gitu gendut pula

    ha ha

    *kabooooooor

  4. juragankepiting

    wakakakka jeung detnot kapan maen ke jekardah?

  5. POKOKE BAJAJ, KEMANA-MANA BAJAJ :)))

  6. *fokus ke pertanyaan mas iman* Eh tapi dirimu suami siaga juga ya kak.. Istri pengin dibela2in ke jkt dan ikutan kuis pula. Ah kamu jadi idola baru akuuuh! :))

  7. @mas iman
    Apa yang terjadi di hotel biarlah tersimpan di hotel :))

    @titiw
    jangan mengidolakankuuu, nanti kamu terperangkap!

Leave a Reply