Jika Anda seorang developer web, pasti pernah mengalami repotnya user yang komplain tentang tampilan web dia yang berantakan setelah dia merubah font-family atau membuat tabel menggunakan WYSIWYG editor seperti TinyMCE atau FCKEdit.
Karena itu saya lalu berpikir, apa perlu user diberi kebebasan sejauh itu? Kebebasan mengobrak-abrik HTML yang tentu saja bisa sangat berpengaruh dengan desain yang sudah kita buat dengan seksama. Lalu apa yang harus saya lakukan?
Saya berpikir untuk menghilangkan saja beberapa panel di TinyMCE, terutama tabel dan font-face/family, formating dan styles. Pada gambar di atas, cukup baris pertama saja yang perlu ada. Selain itu, hanya akan muncul by request.
Karena sudah dibuat CSS untuk mengatur layout dan font yang digunakan, maka tidak seharusnya user merubah font yang digunakan. Termasuk font-size, karena bisa mempengaruhi desain yang sudah kita buat dengan susah payah.
Ada yang pernah bermasalah juga dengan hal seperti ini? Silahkan tinggalkan komentar dan kita bahas bersama.
U-This39
yup.. susah banget ngaturnya..
sangat sering tampilan di wysiwyg ga sesuai dengan tampilan nantinya karena terpengaruh dari CSS yang kita buat.
kalo menurutku, penggunaan wysiwyg memang hanya untuk ditampilkan di wysiwyg lagi, bukan sebagai input text editor.
sandal
kalo menurut saya, wysiwyg editor tetep bisa untuk input data. asal dibatasi penggunaannya.
ayahshiva
yang namanya user kan mestinya gak di beri kebebasan sejauh itu
Mbah darmo
Sesuatu yang terlalu bebas bakal bikin susah.
gak cuman web developer, seluruh developer bakalan ngalamin gitu, walo beda masalah, tp intinya jangan di buat terlalu bebas.
PeTeeR
Klo dibatasi aja jenis dan ukuran fontnya gimana? Misalnya font-nya cuman arial, verdana ama sans-serif trus ukurannya gak boleh diganti. He…. he… he…..
U-This39
@sandal jebat
memang, sih.. kalo dibatasi penggunaannya akan bisa sangat berguna karena user bisa menambahkan sedikit “aksesoris” di dalam text yang user inputkan asalkan jangan terlalu banyak, nantinya malah bikin kita repot pada saat ditampilkan. Dan kalau bisa, default CSS yang dipake di text editor disamakan dengan CSS pada tampilan nantinya.
rd Limosin
ak pake RTE tuh utk user, cuma gak support XHTML
eko
memang seharusnya “dibatasi” saja biar user nanti tidak “neko-neko”.
menurutku seh (khusus tinymce),
“bold,italic,underline,justifyfull,strikethrough, bullist,numlist,outdent,indent,justifyleft,justifycenter,justifyright, link,unlink,image,wp_more,removeformat,cleanup,undo,redo”
sudah sangat mencukupi sekali kalo untuk mengisi berita.
Alex
[OOT]
Ternyata propesinya selain sebagai penjual sandal keliling merangkap developer web juga, ya? š
[/OOT]
Karena sudah dibuat CSS untuk mengatur layout dan font yang digunakan, maka tidak seharusnya user merubah font yang digunakan. Termasuk font-size, karena bisa mempengaruhi desain yang sudah kita buat dengan susah payah.
Dalam hal ini, sepertinya layanan nge-blog yang disediakan oleh WordPress bisa jadi contoh deh. Kalo tujuannya pada content, ya memang bagusnya dibatasi saja.
Daripada akhirnya cape developernya…
Mbah darmo
gak bisa login YM, jd nanya lewat sini
http://img81.imageshack.us/img81/6804/sandalianzh4.jpg
kok for sale? sandalian.com? aneh.
funkshit
user nya suruh belajar css jgua donks.. :d
escoret
bener,lebih enak klo sambelnya dikit..!!
trs,cocoknya ama es teh atau es kupi….
soto semarang…emamg tidak ada duanya..!!!!
*ini bahas soto..???
ronggur
bikinnya yg bisa diotak2 atik fontsize tanpa membuat leot berubah doonk :p
bangsari
kalo menurut saya, batasnya ya kalo dah puyeng. hehehehe
nanda
gw pernah mengalami hal seperti itu dan complain dari user.tapi ketika gw kasih pengertian tentang efek nya terhadap design. si user malah jadi ngerti.dan gak pernah mengubah2 tulisan dll.
godote
kalau saya biasanya hanya taruh, Bold, ordlist, unordlist, Italic, image, link – unlink, meskipun pernah juga ada user yang cukup ngerti html dan dia alter sendiri, tapi tetap saja tidak berubah, soalnya cssnya saya kasih !important
Bangaiptop as ArifKurniawan
Kalau menurut saya, batasannya kontrak. Jadi, bener-bener tergantung kontrak antara klien dengan vendor.
Saya pernah buat juga aplikasi tertentu dengan klien, setelah aplikasi jadi, dia minta ganti style. Saya lakukan, sebab di surat kontrak ada batas revisi 3x. Setelah jatah revisi habis, dia minta perbaikan lagi. Reaksi awal saya, langsung ketawa, nggak nyangka dapat klien yang bloon sehingga bahkan nggak bisa mbaca surat kontrak yang sama-sama telah disepakati.
Pada intinya, ga ada batas dalam merubah aplikasi. Apapun aplikasinya, apapun tantangan untuk revisinya, selama surat kontrak (atau MoU, atau apalah namanya) mensyaratkan demikian, yaa kerjakan saja. Maka itu, hati-hati dalam menyepakati kesepakatan sebelum project dimulai.
BTW, saya lama nggak berkunjung kemari, Mbak Yeni. Apakabar?
Ohya, RSS-nya sandalian.net kadang macet yaa… Kenapa?