Berangkat kerja tadi, di perempatan UIN Jogja (dulu IAIN) kena lampu merah. Sambil berhenti, dari arah timur kok motor dan mobil lampunya pada nyala? Saya perhatikan, mereka bukan rombongan (ga ada kesamaan kostum ato bentuk motornya). Lalu kepikiran, apa mungkin orang sebanyak itu sama-sama lupa matiin lampu dari semalem?
Lalu ada pengeras suara dari arah pos polisi di utara jalan, agar semua pengendara kendaraan bermotor menyalakan lampunya dalam rangka memeringati hari narkoba sedunia. Halah, ternyata gara-gara peringatan hari narkoba to.
Lalu saya mikir, apa untungnya saya nyalain lampu plus reaksi apa yang bisa ditimbulkan atas nyala lampu motor saya. Seem nothing. Ya sudah, saya tetep jalan tanpa nyalakan lampu.
Bukan berarti saya pengguna narkoba lalu membenci aksi tersebut, bukan berarti pula saya tidak peduli pada pemakaian narkoba (narkotika dan obat nyamuk?), namun saya kurang setuju aja dengan aksi menyalakan lampu. What will you get? Peringatan dengan cara simbolis kok rasanya udah ga cocok lagi, bangsa kita terlalu mengagung-agungkan peringatan secara simbolis.
Kalo memang niat, kenapa ga setiap peringatan hari narkoba dilaksanakan razia masal se-Indonesia raya? Atau lepasin satu atau dua bandar narkoba ke tengah kerumunan masyarakat agar bisa ditabokin rame-rame setiap hari peringatan narkoba? Rasanya hal ini akan lebih membuat orang berpikir sedikit lebih banyak saat akan berurusan dengan narkoba.
Terakhir, buat yang merasa menggunakan narkoba (narkotik dan bahan aditif, bukan narkotik dan obat nyamuk :P), mbok ya cari alternatif lain buat nge-fly. Baca zikir 10.000 kali di tengah malam cukup untuk membuat pikiran kita teler dan ngelantur kemana-kemana kok he.he.
Eh bener ga ya? Ga tau deh, belum pernah baca bacaan zikir 10.000 kali he..he.. Eit, saya tau zikir tu artinya ingat kepada tuhan, yang saya maksud ya bacaan zikir apa saja, gitu, asal bisa ingat kepada tuhan. Nah, misalnya kita nyebut yang aneh-aneh tapi tetep ingat pada tuhan, disebut zikir juga nggak ya?
Leave a Reply