Dalam sejarah kehidupan saya yang baru seperempat abad ini, saya merasa bahwa menjadi manusia adalah tugas yang cukup berat. Bukan karena kewajiban-kewajiban yang dibebankan melainkan usaha untuk menjaga agar badan dan jiwa ini layak disebut sebagai manusia.
Secara fisik, badan saya ini tidak jauh berbeda dengan hewan. Ada daging, tulang, otak, mata, kepala, hidung, ekor, kaki.. hampir sama persis. Saya rasa, satu-satunya hal yang membedakan hanyalah adanya akal pikiran, yang membuat kita mampu membuat peradaban.
Dan satu lagi yang tak kalah pentingnya adalah hati nurani. Saya tak tahu apakah binatang punya hati nurani apa enggak, mungkin saja punya. Nyatanya beberapa jenis binatang bisa sangat pengasih terhadap anaknya, saya yakin itu bukan sekadar –apa yang dinamakan– insting.
Bagian terberat dalam menjaga amanah menjadi manusia adalah –misalnya– ketika saya dihadapkan pada pilihan sulit tentang perasaan. Ketika saya ingin marah karena kecewa terhadap suatu hal, haruskah saya keluarkan amarah itu?
Kalau saya menjadi marah hanya karena disakiti –baik jiwa maupun raga– maka saya tidak jauh berbeda dengan binatang. Kalau setiap keinginan saya usahakan dan paksakan untuk terlaksana, saya juga merasa bahwa saya tidak terlalu jauh berbeda dengan binatang.
Saya sedang tidak menyebarkan mahzab apapun. Saya sedang bertelanjang dada, bersarung dan bengong di depan notebook menuliskan apa yang mengganjal di hati saya selama beberapa hari terakhir, mencari kata-kata yang pas agar orang lain bisa mencerna dan kalau bisa memahami.
Kalau tidak bisa memahami ya sudah, namanya manusia pasti punya kelemahan-kelemahan juga.
Tetapi kalau kemudian kelemahan-kelemahan itu digunakan sebagai pembenaran untuk melakukan hal-hal yang kurang manusiawi itu artinya seseorang belum layak disebut manusia. Bukankah manusia juga dilengkapi dengan beberapa kelebihan-kelebihan?
Sayangnya ras manusia sering juga menggunakan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki untuk mendominasi sesama ras manusia ataupun ras lain. Saya tak tahu apakah yang seperti itu juga layak disebut sebagai manusia, manusia dalam kata human, bukan men..
aGoonG
07/01/2009 — 07:27
Kadang manusia bisa lembut seperti kapas
*kapas lembut apa ringan sih*
Kadang manusia bisa buas, lebih buas dari hewan
Hewan buas pun takkan memakan anaknya sendiri
Namun manusia,
Anaknya sendiri pun ada yang dimakannya sendiri
Manusia …
Oh, Manusia …
Adakah kau merasa manusia …
mantan kyai
07/01/2009 — 10:10
“Saya sedang bertelanjang dada, bersarung dan bengong di depan notebook menuliskan apa yang mengganjal di hati saya selama beberapa hari terakhir”
dadanya besar sebelah gak ???
zam
07/01/2009 — 10:13
bijimana kabar Cak Nun, kang? 😀
genthokelir
07/01/2009 — 17:29
sedang bertelanjang dada berselempangkan aristrokrat
hm
07/01/2009 — 17:37
“.. badan saya ini tidak jauh berbeda dengan hewan ..”
berarti mas sandal punya ekor dung, xe xe xe, di depan kali ya xe xe xe
funkshit
08/01/2009 — 11:17
nah.. perasaan itu yang tidak dipunyai hewan.. .
perasaan.. hati nurani.. insting.. duuhhhhh .. opo kuwi
guntur geni
08/01/2009 — 16:22
hemmm,berat juga perenunganmu kang…..
kayak filsuf aja dah….
manusia-manusia….
escoret
09/01/2009 — 06:16
ndal,nek meh pengajian meneh.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.pas aku di jogja
.
.
.
.
.melu yo..????
imcw
09/01/2009 — 07:34
Ironisnya, banyak manusia yang membenarkan membunuh manusia lain atas perintah Tuhan.
detnot
09/01/2009 — 08:30
postingan ini ada kaitan dg war israel dan palestine jeng?
easy
09/01/2009 — 18:58
manusia makhluk paling sempurna..
juga termasuk paling sempurna saat melakukan perbuatan biadab
chiw
09/01/2009 — 21:20
satu kepandaianmu adalah, kamu selalu berhasil untuk yang ini Hun…
kadang aku penasaran jugak, marahmu kayak apa toh?
sementara diriku ini, kalo udah meledak ledak medeni…
Suwahadi
16/01/2009 — 02:38
Kalo gitu, saya manusia bukan yah? *merenung*
illuminationis
16/01/2009 — 05:09
anda masuk daftar, ditunggu kunjungannya ke blog saya halaman award
eko
16/01/2009 — 10:02
filosofis banget mas..
The Bitch
18/01/2009 — 07:31
well, hal yang dipunya manusia tapi ga dipunya binatang: pilihan. denger2 sih manusia itu ciptaan nggak sempurna dan otak atau pengetahuan adalah implant yang dipaksakan sebelum waktunya ketika khuldi termakan pak adam dan bu hawa. dan ketika itu lah si sumthing yg menciptakan alam semesta memberi kebebasan: dia hidup dengan tujuannya sendiri. beda dari ciptaannya yg lain. makanya manusia dibebasin mo milih jadi apa, jadi hewan apa jadi manusia beneran.
keknya si gitu. hehe.
ajis
18/01/2009 — 08:45
in all of God creations, only human being kills their own species…
alris
19/01/2009 — 15:14
Sama dengan binatang? Dalam beberapa hal mungkin, tapi dalam hal lain jauh beda banget. Salam kenal…
The Bitch
23/01/2009 — 02:52
NJRIT!!! DURENNYA!!!
*ngiler liat avatar si alris*
Rachel Marx
27/01/2009 — 16:04
Wah jadi ikutan mikir dan bingung juga
lha kulo niki kategori opo yo?
tidur lebih nyaman dengan kucing ,
ngomong lebih nyambung dengan rumput liar dan ilalang
Makan lebih cocok dengan kambing ( rebutan suket tuh )
dan mandi ?
makhluk lain langsung ngibrit je……
………..
Novianto
27/01/2009 — 22:22
Dari Hati yang bersih disanalah tempat kebenaran yang haq
bukan nihonjin
22/03/2009 — 09:26
pasti kamu seneng nonton discovery channel ato animal planet.
pernah nonton seekor singa betina melindungi seekor anak rusa yang baru saja lahir dan belum ngerti apa-apa, yang seharusnya jadi mangsanya tapi malah dilindunginya?
(tentu saja ibu si rusa kecil sudah melarikan diri).
nonton begitu, kira2 apa yang kau pikirkan? dan rasakan?
ery
18/04/2009 — 10:06
kira2 tu discovery channel edisi berapa ya?
penasaran banget aku.
BARRY
20/04/2009 — 21:55
Kadang perlu waktu untuk menghilangkan kekesalan-perlu keseriusan demi kesehatan lahir batin. Namun ini bukan sesuatu yang mustahil.