Sejarah Keren

Kekayaan khasanah kata-kata di Jawa

Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa bangsa kita mungkin adalah bangsa yang cukup tua umurnya, telah ada sejak jaman Atlantis atau di jaman Nabi Nuh. Bahkan ada sebuah studi yang menghasilkan kesimpulan bahwa Adam dan Hawa pertama kali ketemu di bumi adalah di Tanah Jawa.

Maaf, saya tidak sedang menulis tentang Pulau Jawa yang kecil ini, melainkan Jawa di masa lalu. Di mana Sumatera dan Kalimantan serta pulau-pulau kecil lainnya masih menjadi satu kesatuan.

Kenapa saya beranggapan bahwa Bangsa Jawa telah ada sejak dulu kala? Tak lain dan tak bukan adalah karena kekayaan kosakata yang dimilikinya.

Sekedar contoh, kita ambil yang sepele yaitu untuk bau. Untuk menyebut suatu bau, semua begitu terdefinisi dan terklasifikasi. Seperti: mambu, badeg, kecut, penguk, sengak, prengus, tengik dan lainnya.

Kita ambil contoh lain, yaitu untuk menunjukkan lokasi. Berikut ini penyebutan suatu lokasi secara berurutan, dimulai dari jarak yang paling dekat ke jarak yang paling jauh: ning kene (di sini), ning kono (Di sana, seperti huruf o dalam perangko), ning kono (Di sana, sedikit lebih jauh. Seperti huruf o dalam kata balkon), ning kuono (di sanaaaaa, lebih jauh lagi. o seperti dalam kata balkon)

Lalu contoh lain lagi, yang paling menarik. Kita sangat kaya akan pisuhan! Dari Wiki CahAndong saja tertulis begitu banyak pisuhan. Belum lagi pisuhan-pisuhan kasar lainnya yang tidak tertulis, dan sepertinya akan terlalu kasar untuk ditulis.

Sedikit saya bahas soal kata “asu” yang artinya anjing. Kata tersebut mempunyai banyak varian, misalnya: Asu, asem, aseng, wasyu, huwasyu. Itu baru perbedaan secara tertulis. Bagi ahli misuh, kata “asu” sendiri akan terdengar berlainan kapasitasnya tergantung intonasi pengucapan.

Coba bandingkan dengan Bahasa Inggris, berapa banyak pisuhan yang mereka punya?

Dengan khasanah kata-kata itu, terutama varian yang banyak hanya untuk satu maksud (seperti kata mambu, badeg, kecut, penguk, sengak, prengus, tengik hanya untuk sebuah bau) rasanya sangat mustahil jika Bangsa Jawa ini adalah bangsa yang baru.

Proses terbentuknya kata mambu, badeg, kecut, penguk, sengak, prengus, tengik dll pastilah berasal dari perjalanan sejarah yang tidak pendek.

Nah, dengan kekayaan dan sejarah sepanjang itu masihkah kita harus takut ke negara yang hanya punya jagoan bernama Rambo?

13 Comments

  1. saya lebih takut sama Ronin dari BIN/BAIS …

  2. Nah itu mas, yang bikin saya ndak suka liat blue film negara rambo karena ekspresi mereka monoton hanya begitu saja, Oh Yes Oh No atau Yes..Yes…

    Coba kalo mbak sri yang maen, ekspresinya akan lebih ngesoul dan down to earth : ” Dlogog, asyu enak tenan “

  3. huanjir analisa jeng yeyen memang selalu nyeleneh dan faktual 😀

  4. -bentar keperpustakaan dulu liat buku sejarah- ada yang mo ikut atau nitip?

  5. huasyuuuu. .. untuk bangsa yangpaling tua.. masih perlu dibuktikan..
    tapi klo untuk kreatif.. saya sangat setuju ..
    jindul ik

  6. ah cuma, asumsi sesaat..

  7. fuck > feck > frick

    yap, cuma tiga

  8. Gun

    @kang balibul: yang Jepun juga kalo ndak dame ya kimochi ye? :))

    *maksudnya apa seh ini komen*

  9. *ngakak…*
    tnyata kosakata “dlogog,wuasyu,huasyu,dll udah kaya gorengan ya ? dmn2 ad hahahaha……

    *tambahan kosakata
    makan = dhahar,nedho, nedhi, maem, madhang, mangan, ciak, mbadhog, nyekek ( ‘e’ pertama diucapin spt hrf ‘e’ pd kt nyelam dan yg kedua spt tokek ),nguntal, ngganyang, dsb >> ad yg bs nambahin g ? ky’e msh byk tuh

  10. Makin banyak kosakata bukannya tambah bingung ya 😕

  11. ha ha..balibul asyem..

  12. nambahi punyak masmoemet: nothol. Eh notol apa nothol yo?

  13. weks

    gak penting banget tulisannya….malah terbilang aneh

Leave a Reply